Selasa, 08 November 2011

FAST 2 FURIOUS



2009
Universal Pictures
Jenis: Aksi
Sutradara: Justin Lin
Pemain: Paul Walker, Vin Diesel, Jordana Brewster, Michelle Rodriguez
Penulis: Chris Morgan
Sinematografi: Amir Mokri
Musik: Brian Tyler
Durasi: 105 menit
MPAA Rating: PG-13

Trilogi Fast and Furious sudah
menjadi budaya pop tersendiri di Indonesia. Semua orang mengaguminya selayaknya franchise Spider-Man, The Lord of the Rings dan American Pie. Memang Fast and Furious seterkenal itu. Namun juga tidak kalah overrated menyaingi franchise Saw. Sudah tiga film beredar dan ketiganya sukses—khususnya di Indonesia, bioskop selalu menjadi seramai arena balapan liar. Dan sudah berani Saya jamin, Fast & Furious hanyalah sebuah pengulangan formula prekuel-prekuelnya. Seperti tagline-nya: New Model. Original Parts. Sama saja rasanya seperti menonton film Fast and Furious lainnya, hanya saja model ceritanya baru—belum tentu beda.


Mengikuti The Fast and the Furious, 2 Fast 2 Furious dan The Fast and the Furious: Tokyo Drift, installment keempat ini jauh lebih bisa disebut sebagai sebuah nostalgia terhedap mereka yang rindu terhadap original parts-nya, yakin Vin Diesel dan Paul Walker. Justlin Lin dari Tokyo Drift kembali menjabat sebagai sutaradara dengan Vin Diesel kali ini juga bertindak sebagai boss produser. Mengambil setting setelah 2 Fast 2 Furious, dan sebelum Tokyo Drift Bagi fans fanatik The Fast and the Furious, tentu merupakan sebuah euforia melihat reuni Diesel-Walker-Brewster-Rodriguez ditambah cameo dari tokoh Tokyo Drift. Aksi mobil-mobilan yang cepat ditambah ekspresi geram Vin Diesel. Mereka pasti suka film ini dan tidak jarang terdengar ovation saat credit title diputar.

Film dibuka dengan sebuah aksi kejar-kejaran mobil yang justru paling memukau dan klimaks di sepanjang satu setengah jam lebih ke depan. Empat mobil yang dikomandoi Dominic Toretto (Vin Diesel) dan pacarnya, Letty (Michelle Rodriguez), mencuri empat gerbong bensin yang ditarik sebuah truk super panjang. Kecepatan tinggi, drifting 190 derajat, melompat dari satu mobil ke mobil lain…semuanya begitu klasik. Yang membuat menarik adalah ditambahnya rute turunan yang tajam sebagai bagian pemungkas opening sequence itu.

Ironisnya, justru dalam sebuah film kebut-kebutan, Saya paling merasa fun ketika adegan free run seperti dalam Casino Royale sebagai perkenalan tokoh agen FBI bernama Brian O’Conner (Paul Walker). Di sini Brian diceritakan sudah lima tahun tidak bertemu dengan Dom dan akhirnya kembali ditakdirkan bersama dalam sebuah situasi—dimana Dom adalah karakter kunci bagi Brian untuk bisa menembus sebuah gembong narkoba raksasa. Kembali berurusan seperti masa-masa tua, mengencani adik Dom, Mia (Jordana Brewster), terlibat dalam balapan liar dalam sebuah aksi undercover.

Ceritanya maju mundur berputar-putar dalam skala itu saja. Seperti biasa, mobil cepat hasil modifikasi, gadis-gadis seksi, musik hip hop, apalah lagi yang biasa dilihat dalam balapan ilegal malam hari. Akan ada banyak adegan yang melibatkan mobil cepat dan muscle car. Dominic vs Brian, Dominic-Brian vs gembong narkoba, balapan kartun di dalam terowongan, mobil mahal meledak, mobil jungkir balik, mobil terbang, Vin Diesel geram, Paul Walker mencium Jordana Brewster, Paul Walker dihajar Vin Diesel, Paul Walker dan Vin Diesel bercanda ria, banyak lagi contohnya. Dan tidak harus menemukan situasi yang pas untuk kebut-kebutan itu, justru kebut-kebutan itulah yang menciptakan situasi itu sendiri.

Untuk fans The Fast and the Furious, silakan lewatkan dua paragraf ke depan yang berisikan pendapat pribadi Saya ini. Apa hubungan antara cepat dan geram bagi Saya? Saya geram karena film ini terasa tidak cepat selesai. Mari kita berkata jujur, perlu diakui cerita Fast & Furious memang tidak bagus. Dari segi manapun. Plotnya sering keluar rute sembarangan—dan semakin keluar hingga terjadi overlap. Justru semakin ke belakang, cerita dan tensi ketegangan malah semakin menurun sehingga menjadi anti klimaks yang panjang. Mungkin inilah seri Fast and the Furious terburuk setelah 2 Fast 2 Furious. Tapi sangatlah tidak adil dan bijak jika menilai film pop corn keju seperti Fast & Furious dari segi kualitas. Semuanya tentang film ini adalah having fun: sit back, relax, enjoy the ride. Apa Anda setuju?

“Mungkin Anda saja yang tidak tahu bagaimana cara bersenang-senang”, seseorang pernah mengatakan itu kepada Saya. Sekarang giliran Saya untuk berkata jujur. Sebagai pandangan pribadi, Saya tidak perlu sampai pegangan erat-erat apalagi mengencangkan sabuk pengaman saat melihat aksinya di layar yang sangat besar. Karena justru Saya merasa bosan di saat orang lain merasakan berliter-liter adrenalin yang dipompa habis-habisan. Kenapa? Semua hal berbau ledakan dan kebut-kebutan mobil yang standar harus absent di semua film aksi itu bukanlah hal yang bisa menghibur Saya. Saya yakin bukan Saya saja yang aneh seperti itu. Mungkin juga karena sudah pernah melihat adegan mobil-mobilan yang jauh lebih spektakuler dalam Bullitt? Entahlah. Untuk itu Saya peringatkan bagi fans The Fast and the Furious untuk jangan mempercayai kata-kata Saya karena…Anda mengharapkan adegan seru tentang mobil-mobilan yang banyak dibantu efek visual memukau, Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan…dan jumlahnya memang banyak.

Angin musim panas sudah mulai berhembus sejak april. Anak club dan otomotif pasti over excited melihat pameran mobil modifikasi di layar. The Fast and the Furious benar-benar tipikal film pop. Adegan aksi yang dikemas semenarik mungkin, semenegangkan mungkin, semegah mungkin yang diharapkan bisa menjadikan weekend Anda sangat menarik—yang sayangnya gagal membuat pengalaman menonton Saya menjadi menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar